Jumat, 05 Februari 2010

LKMM

MATERIALISME VS IDEALISME

Materialisme adalah lawan dari idealisme, kata yang sudah tidak asing terdengar oleh kita. Ketika kita berbicara tentang seorang idealis kita akan membayangkan seseorang yang memiliki moralitas tinggi dan selalu memegang prinsip. Sayangnya idealis yang kita akan bicarakan disini tidak ada hubungannya dengan pemaknaaan diatas. Kita akan membahas idealis yang dilihat dari arti kata, asal-usul dan fakta. Materialisme berasal dari kata matter (“Benda”), sedangkan kata matter sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti mother / Ibu. Seperi yang kita ketahui benda terbagi menjadi 3 jenis yaitu padat, cair dan uap (solid, liquid and gas), material adalah sebuah dunia nyata yang harus dijelajahi oleh ilmu pengetahuan dan bisa dibuktikan keberadaannya. Cara pembuktian material harus berhubungan dengan panca indera kita yaitu bisa dilihat, diperiksa, disentuh atau dirasakan oleh indera-indera kita.

Materialisme menganggap ide atu pikiran hanyalah hasil dari materi yang masuk ke dalam otak melalui berbagai proses sehingga menghasilkan suatu materi yang memiliki nilai lebih, tanpa adanya suatu materi yang nyata pikiran tidak dapat timbul dengan sendirinya. Penelitian terhadap material yang dilakukan oleh umat manusia melalui pikiran / ide mereka berjuta-juta tahun yang lalu telah mengajarkan umat manusia banyak hal seperti bagaimana memasak, bercocok tanam, berburu bahkan membunuh manusia yang lainnya dan ini telah memberikan suatu masukan bagi kemajuan umat manusia. Penelitian terhadap material juga menghasilkan pebedaan budaya antar umat manusia di daerah yang satu dengan yang lain karena perbedaan pikiran mereka dalam menciptakan suatu benda walaupun fungsi benda-benda tersebut sama, contohnya masyarakat aborigin membuat kayu menjadi boomerang sedangkan masyarakat kita dahulu memanfaatkan kayu menjadi tombak dan panah, walaupun bahan baku dan fungsinya sama tapi bentuk dan cara pemakaiannya berbeda-beda. Inilah yang membuat umat manusia kaya kebudayaan.

Sedangkan idealisme berasal dari kata idea (“pikiran”), “Idealisme memiliki akar dari pandangan bahwa dunia ini hanyalah cerminan dari ide, pikiran, roh atau lebih tepatnya Ide, yang hadir sebelum segala dunia ini hadir. Benda-benda material kasar yang kita kenal melalui indera kita, menurut aliran ini, hanyalah salinan yang kurang sempurna dari Ide yang sempurna itu.” Idealisme adalah paham yang banyak dipenuhi oleh hal-hal di luar nalar. Karena mereka menganggap pemikiran yang ada dalam otak mereka adalah hal yang nyata walaupun tidak bisa dibuktikan oleh indera mereka. Sayangnya masyarakat lebih condong mengikuti pada paham ini, bukan hanya di Indonesia tapi di berbagai pelosok dunia paham ini berkembang pesat.

Dalam kehidupan real paham ini telah mencekoki dan membuat kacau balau cara berpikir manusia. Lihat saja film horror tentang hantu-hantu yang tidak jelas keberadaannya selalu laris diminati para penikmat film sehingga para orang-orang di industri film berlomba-lomba menciptakan film yang membuat anak bangsa berpikir mundur. Jika hal ini terus berlangsung bangsa kita akan terus diam ditempat atau bahkan mundur seperti zaman dinamisme dimana setiap melakukan sesuatu selalu takut. Menebang pohon harus membuat kopi pahit, rokok kretek, dan lain-lain dengan alasan agar penunggunya mengizinkan dan pergi ke tempat lain, lalu jika terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian para masyarakat akan mengangap ini merupakan bagian dari mistik entah tumbal, pekerjaan menggangu penunggu sehingga marah lalu membunuh salah satu dari karyawan atau apapun nama dan alasan mereka sangat jauh dari nalar. Masyarakat akan menggangap kematian bukan hal yang wajar dalam proses kehidupan tapi akan selalu disangkut pautkan dengan hal-hal yang berbau mistik. Setiap mendengar, mencium bau mereka akan selalu mengaitkan dengan mistik. Pikiran tidak berarti tanpa benda. Bagaimana mungkin saya bisa mengatakan di depan saya ada seekor kambing, sekalipun saya terus memikirkan dan merasa ada kambing di hadapan saya. Apa saya bisa mendengar suara kambing tersebut secara nyata? Tidak. Melihatnya secara objektif ? tidak. Tapi saya merasakannya dalam pikiran saya. Walaupun saya bersumpah jutaan kali tetap saja tidak ada yang percaya kecuali orang bodoh dan yang pasti banyak orang yang bilang saya bodoh. Ingat !!! “Satu-satunya dunia yang nyata adalah dunia material. Pikiran, ide, dan perasaan adalah hasil dari materi yang terorganisir dalam cara tertentu (sistem syaraf dan otak) bahwa pikiran tidak dapat hadir dari dirinya sendiri, tapi hanya dapat timbul dari dunia objektif yang menyatakan dirinya kepada kita melalui alat-alat indera kita. 

LPORAN PRAKTIKUM MORANFISTUM

ALANG – ALANG

(Imperata cylindrica)

 

 

 

 

                                                                           

I.     KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI

1.1     KLASIFIKASI

Familia             : Poaceae (Gramineae)

Sinonim                       : Lagurus cylindricus

Nama Daerah             

- Sumatera                   : Naleueng lako, jih, rih, laturui, lalang, lioh, oo, nilalang

- Jawa                          : Alang – alang, kambengan, kebut lalang

- Kalimantan                : Halalang, tingen

- Nusa tenggara           : Ambengan, re, ati ndolo, witu, kii, luo

- Sulawesi                    : He, padang, padanga, padongo, deya, reja

- Maluku                      : Ri, weli, weri, welahutu, palate, patune, ige, weljo, kuso

- Irian                           : Gombur, ruren, mesofou, ukua, mentahoi, matawe, omasa

(Anonim. 2008)

1.2  DESKRIPSI

Lahan yang berpotensi ditumbuhi ilalang hanyalah lahan terbuka dan tidak diolah. Hampir tak pernah dijumpai ilalang di atas lahan yang ditumbuhi vegetasi lain, yang menutup permukaan tanah dari sinar matahari hingga 70 persen. Masyarakat yang risih dengan ilalang biasanya membakar tanaman dan rerimbunan lain, atau membabatnya habis. Tetapi jika akarnya masih tertancap kuat di dalam tanah, upaya ini sebenarnya sia-sia. Ia akan tumbuh lagi dan meninggi  (Nugroho,2006).

            Tumbuh liar di hutan, ladang, lapangan rumput dan sisi jalan, pada daerah kering yang mendapat sinar matahari, terdapat dari 1 – 2700 m di atas permukaan laut. Terna menahun yang tumbuh tegak, tinggi 30 – 180 cm, mudah berkembang biak, mempunyai rimpang kaku yang tumbuh menjalar, batangnya padat dan bukunya berambut jarang. Daun berbentuk pita, tegak, ujungnya runcing, kasar, berambut jarang, panjang daun 180 cm, lebar 3 cm, warnanya hijau (Gembong, 1985).  

Perbungaan berupa bulir majemuk, warnanya putih, mudah diterbangkan oleh angin, agak menguncup, panjang 6 – 30 cm, pada 1 tangkai terdapat 2 bulir, letaknya bersusun, yang terletak diatas adalah bunga sempurna dan yang terletak di bawah adalah bunga mandul. Cabang 2,5-5 cm, tangkai bunga 1-3 mm, gulma 1, ujung bersilia, 3-6 urat, Lemma 1 (sekam), bulat telur melebar, silia pendek 1,5-2,5 mm. Lemma 2 (sekam), memanjang, runcing 0,5-2,5 mm. Palea (sekam) 0,75-2 mm. Benang sari: kepala sari 2,5-3,5 mm, putih kekuningan atau ungu. Putik: kepala putik berbentuk bulu ayam. Buah: tipe padi. Panjang bulir sekitar 3 mm, pada pangkal bulir terdapat rambut halus panjang dan padat, warnanya putih. Biji: berbentuk jorong, panjang 1 mm lebih. Waktu berbunga : Januari - Desember (Gembong, 1985).

  II.     METODE MENDAPATKAN DATA

2.1     WAWANCARA

Wawancara didapat dengan bertanya langsung kepada ibunda tercinta yakni ibu Masmulia

2.2INTERNET

Metode mendapatkan informasi dan data di internet dengan melakukan browsing-browsing baik berupa data jurnal atau artikel-artikel.

2.3BUKU

Metode menggunakan buku didapat melalui pustaka-pustaka diantaranya buku Manfaat Apotik Hidup, Obat-Obat Penting, Morfologi Tumbuhan dan Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.

 

 III.  FUNGSI TANAMAN

3.1Kandungan Kimia  

Akar dan batangnya mengandung manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin. Akar: metabolit yang telah ditemukan pada akar alang-alang ter.diri dari arundoin, fernenol, isoarborinol, silindrin, simiarenol, kampesterol, stigmasterol, ß-sitosterol, skopoletin, skopolin, p-hidroksibenzaladehida, katekol, asam klorogenat, asam isoklorogenat, asam p-kumarat, asam neoklorogenat, asam asetat, asam oksalat, asam d-malat, asam sitrat, potassium (0,75% dari berat kering), sejumlah besar kalsium dan 5-hidroksitriptamin (Hoan dkk, 2002).

Dari hasil penelitian lain terhadap akar dan daun ditemukan 5 macam turunan flavonoid yaitu turunan 3',4',7-trihidroksi flavon, 2',3'-dihidroksi kalkon dan 6-hidroksi flavanol. Suatu turunan flavonoid yang kemungkinan termasuk golongan flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon atau isoflavon terdapat pada fraksi ekstrak yang larut dalam etilasetat akar alang-alang. Pada fraksi ekstrak yang larut dalam air akar alang-alang ditemukan golongan senyawa flavon tanpa gugus OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon, atau isoflavon (Hoan dkk, 2002).

 

3.2  Bagian yang dipakai

Rimpang (akar), daun dan bunga.

(Abu Nala, 2003)

3.3  Kegunaan

-       Bengkak karena peradangan ginjal akut, infeksi saluran kemih

-       Mimisan (epistaksis), muntah darah, air kemih berdarah, perdarahan pada wanita.

-       Demam, batuk, sesak

-       Tekanan darah tinggi

-       Sakit kuning (hepatitis)

(Kartasapoetra. 1996)

3.4  Pemakaian

-       Pemakaian dalam (minum) : 10 – 15 gram (yang segar 30 – 60 gram) digodok atau ditumbuk dan diperas airnya atau yang kering digiling, dijadikan bubuk

-       Pemakaian luar : Bulir bunga berikut tangkainya dilumatkan dan dibubuhi atau disumbatkan kehidung, berguna untuk menghentikan perdarahan

-       Rimpang: pelembut kulit; peluruh air seni, pembersih darah, penambah nafsu makan, penghenti perdarahan. di samping itu dapat digunakan pula dalam upaya pengobatan penyakit kelamin (kencing nanah, kencing darah, raja singa), penyakit ginjal, luka, demam, tekanan darah tinggi dan penyakit syaraf. Semua bagian tumbuhan digunakan sebagai pakan hewan, bahan kertas,dan untuk pengobatan kurap.

( Hembing. 1996 )

 

3.5  Cara Pemakaian

1.         Muntah darah : 30 – 60 gram, akar segar setelah dicuci bersih, dipotong – potong seperlunya, digodok dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Minum setelah dingin

2.         Mimisan : Akar segar dicuci bersih, lalu ditumbuk dan diperas airnya sampai terkumpul sekitar 100 cc kemudian diminum atau 30 gram akar segar dicuci bersih lalu digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum setelah dingin

3.         Kencing nanah : 300 gram akar segar dicuci bersih, dipotong – potong seperlunya, digodok dengan 2000 cc air bersih sampai tersisa 1200 cc, ditambah gula batu secukupnya. Dibagi 3 x minum atau sebagai teh. 10 hari untuk 1 kuur

4.         Hepatitis akut menular : 60 gram, akar kering digodok dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Dibagi untuk 2 kali minum, 10 hari untuk 1 kuur

5.         Rasa haus pada penyakit campak : 30 gram akar digodok, minum sebagai teh

6.         Radang ginjal akut : 60 – 120 gram akar segar dicuci bersih dan dipotong – potong seperlunya, digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas air. Dibagi untuk 2 – 3 kali minum

7.         Mengobati tekanan darah tinggi: 100 gram akar alang-alang, 15 gram meniran, dan 15 gram kunyit direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 300 cc, saring dan diminum.

8.         Buang air kecil tidak lancar dapat diobati dengan 100 gram akar alang-alang dan gula batu secukupnya direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan minum airnya.

9.           Batu empedu, gunakan 100 gram akar alang-alang direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan minum airnya.

10.       Kencing batu, gunakan 100 gram akar alang-alang, 30 gram meniran, dan 30 gram daun kumis kucing direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya diminum.

11.       Mengobati jantung koroner dengan menggunakan 100 gram akar alang-alang, 100 gram akar teratai, 25 gram jamur kuping hitam, 25 gram jamur hioko, dan 25 gram jamur putih kering direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya diminum.

12.       Diare 250 gram akar alang-alang dicuci, rebus dengan 2 gelas air selama 15       menit. Sekali minum 1 gelas, segera setelah buang air besar.

13.       Keputihan 500 gram akar alang-alang, 2 tangkai daun pepaya, 5 gram pulasari direbus dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal setengah, saring, untuk diminum 2 kali sehari

( Hembing. 1996 )

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Anonim. 2008. Akar Alang – alang.

http :// www. wikipedia.org.

Diakses 15 April 2009.

Hoan, T. dkk. 2002. Obat-Obat Penting Edisi Kelima. PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Kartasapoetra. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta. Jakarta.

Nala, A. 2003. Manfaat Apotik Hidup. Bina Karya. Jawa Tengah

Nugroho, H. dkk. 2006. Stuktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta Universitas Gadjah Mada Press

Wijayakusuma, Hembing. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

PERCOBAAN I

PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN

MASSA JENIS GAS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


           

 

     Nama                                      : Akhmad Baihaqi

     NIM                                        : J1E108059

     Hari/ Tanggal  Praktikum    : Kamis, 16 April 2009

     Hari/ Tanggal Dikumpul      : Kamis, 23 April 2009

     Hari/ Tanggal Acc                 :

     Kelompok                               : VI (Enam)

     Asisten                                    : Noor Ilma Maharani

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2009

PERCOBAAN I

PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN

 MASSA JENIS GAS

I.          TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal.

II.      TINJAUAN PUSTAKA

Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :

a.       Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.

b.      Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.

c.       Tidak ada perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan.

Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal.

         Densiti dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama. Densiti gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur PV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal :

P V   =   n R T     dimana      n  =

M   =  

        

         Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana ialah PV  =  n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Densiti yang didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan densiti dan tekanan d/p atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut :

P V   =    R T

M   =    R T  =  (d/p)o R T

        

         Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum gas ideal :

P   =   ( )  R T

(Respati, 1992).

         Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa perbandingan PV/T adalah konstan

  =  konstan

Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999).

         Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday, 1978).

         Persamaan yang menghubungkan langsung massa molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika jumlah mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan massa molekulnya.

Jumlah mol (n)   =  

         Bila dimasukan dalam hukum gas ideal menghasilkan :

PV   =    R T

M   =  

Rapatan (d) adalah perbandingan antara massa (berat) terhadap volume, (g/V). Maka persamaan dapat ditulis :

M   =   d 

         (Brady, 1999).

III.   METODELOGI PERCOBAAN

3.1     Alat dan bahan

a.    Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer (150 ml), gelas piala (600 ml), aluminium foil, karet gelang, jarum, neraca analitik dan desikator.  

b.     Bahan

Bahan-bahan Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah akuades, cairan volatil seperti CHCl3 dan aseton.

 

Rancangan alat :

lubang kecil

 

aluminium foil                                                            karet gelang

 ± 1cm

 


erlenmeyer                                                                               air

uap cairan X                                                                         mendidih

  cairan              

  volatil

    gelas

                                    api                                                                              piala

 

3.2  Prosedur Percobaan

1.      Mengambil sebuah labu erlenmeyer yang berleher kecil, yang bersih dan kering, kemudian menutup dengan aluminium foil dan kencangkan dengan karet gelang.

2.      Menimbang labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang dengan menggunakan neraca analitik.

3.      Memasukkan sebanyak 5 ml cairan volatil ke dalam labu erlenmeyer, kemudian menutup kembali dengan aluminium foil dan mengencangkan dengan karet gelang. Kemudian dengan menggunakan jarum dibuat lubang kecil pada aluminium foil.

4.      Merendam labu erlenmeyer di dalam penangas air dengan temperatur kurang dari 100oC

5.      Membiarkan sampai seluruh cairan volatil menguap, mencatat temperatur penangasnya, kemudian diangkat. Lalu mengeringkan bagian luar labu erlenmeyer, kemudian diletakkan di dalam desikator untuk didinginkan.

6.      Menimbang labu erlenmeyer yang telah dingin tanpa melepas aluminium foil dan karet gelang.

7.      Menentukan volume dari labu erlenmeyer dengan cara mengisi labu dengan air sampai penuh.

8.      Mengukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.

IV.   HASIL DAN PERHITUNGAN

4.1  Hasil Pengamatan

Tabel 1

No

Pengamatan

Kloroform

Aseton

1

Massa labu erlenmeyer, allumunium foil, dan karet gelang

72,98 g

73,80 g

2

Massa erlenmeyer dan volatil

73,66 g

73,95 g

3

Massa cairan x

0,68 g

0,15 g

4

Massa erlenmeyer dan air

209,4

208,80 g

5

Massa air

136,88 g

135,68 g

6

Temperatur air

30˚C

31˚C

7

Temperatur air (volatil menguap)

85˚C

82˚C

8

Temperatur atmosfir

1 atm

1 atm

 

 

4.2  Perhitungan

·         Perhitungan untuk kloroform ( CHCl3 )

Dik :  massa air            =  136,88  gr

          r air                  =   0,9960  gr/ cm3

         T air dalam labu =  300  C

Massa CHCl3 =  ( massa labu erlenmeyer + alumunium foil + karet   geleng + cairan terkondensasi ) – ( massa labu erlenmeyer + alumunium foil + karet gelang )

                                  =   73,66 gr – 72,98 gr

                                  =    0,68 gr

T air dalam penangas = 1000 C = 100 + 273 = 373 0K

P = 1 atm

Dit :  BM CHCl3

Jawab :

V air =  =  = 137,429 cm3 = 137,429. 10-3 L

V air = V kloroform = 137,429. 10-3 L

 = =  = 4,948 gr/L

BM =  = 4,948 .  = 151,45 gr/L

·         Perhitungan untuk aseton

Dik : massa air  =  135,68 gr

         r air         =   0,9960  gr/ cm3

T air dalam labu =  310  C

Massa aseton =   (massa labu erlen meyer + aluminium foil + karet gelang + cairan terkondensasi) – (massa labu erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang).

                            =  73,95 gr – 73,80 gr

                            =  0,15 gr

Tair dalam penangas    =  1000 C = 100 + 273 = 373 0K

P = 1 atm

Dit :  BM aseton

Jawab  : 

V air =  =  = 136,225 cm3 = 136,225. 10-3 L

V air = V aseton = 136,225. 10-3 L

 = =  = 1,1011 gr/L

BM =  = 1,1011.  = 33,7035 gr/L

·         Perhitungan Persen Eror

Untuk kloroform

Dik :  BM praktek  =   151,45 gr/L

          BM teori        = 119,5 gr/mol

Dit  :  % error

Jawab :

             %error = =

                          =26,7364 %

Untuk aseton

Dik :  BM praktek   =   33,7035 gr/L

BM teori        =   58 gr/mol

Dit  :  % error

Jawab :

             %error = =

                          = 41,8905 %

·         Perhitungan Faktor Koreksi

Untuk kloroform

Dik :  mair                      =  136,88  gr

          Suhu kamar         =  25 0C

          Vudara=Verlenmeyer    =  137,429. 10-3 L

          BM udara            =  28,8 gr/mol

          Suhu dalam penangas = 100 0C = 373 0K

Dit :  BM CHCl3

Jawab :

          Faktor koreksi

Log P   = 

             = 

             =  2,2954

       P    =  197,424 mmHg

             =  0,2598 atm

massa udara

P BM    = 

mudara    =   =

             =  0,042 gr

massa total =  massa udara + massa kloroform

                   =  0,042 + 0,68

                   =  0,722 gr

 gr/L

BM kloroform = = 5,2536 = 160,8041 gr/mol

Untuk aseton

Dik :  mair                      =  135,68 gr

          Suhu kamar         =  25 0C

          Vudara=Verlenmeyer    =  136,225. 10-3 L

          BM udara            =  28,8 gr/mol

          Suhu dalam penangas = 100 0C = 373 0K

Dit :  BM aseton

 

 

Jawab :

          Faktor koreksi

Log P   = 

             = 

             =  2,2954

       P    =  197,424 mmHg

             =  0,2598 atm

massa udara

P BM    = 

mudara    =   =

             =  0,0417 gr

massa total =  massa udara + massa aseton

                   =  0,0417 + 0,15

                   =  0,567 gr

 gr/L

BM aseton = = = 127,398 gr/mol

 

Tabel Hasil Perhitungan

Tabel 2

Cairan Volatil

ρ air (g / L)

m cairan (g)

P (atm)

CHCl3

4,948

0,689

1

Aseton

1,1011

0,159

1

 

 

 

 

Tabel 3

Cairan Volatil

BM (g / mol)

m total (g)

BM koreksi (g / mol)

% Error (%)

CHCl3

151,54

0,722

160,8041

26,7364  %

Aseton

33,7045 

0,567

127,398

41,8905   %

        

V.      PEMBAHASAN

Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama. Berdasarkan  persamaan gas ideal dapat diketahui bahwa banyaknya mol gas biasanya dinyatakan sebagai n, juga sama dengan massa, m dibagi massa molar, M (yang mempunyai satuan) g/mol ) jadi n = mol/M. Berat molekul (bila tak bedimensi) sama dengan bilangan massa molar :

PV =

                Praktikum kali ini bertujuan untuk dapat menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal. Pada percobaan kali ini dipergunakan sampel berupa larutan kloroform dan aseton.

Pada praktikum kali ini, dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan massa erlenmeyer kosong agar dapat menentukan massa cairan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan karet gelang untuk kloroform yakni 72,98 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang untuk aseton yakni 73,80 gr. Labu erlenmeyer kemudian dimasukan kloroform/aseton  lalu dipanaskan sampai suhu 100 °C. Setelah semua cairan volatil menguap, labu erlenmeyer diangkat, kemudian diletakkan dalam desikator. Desikator berfungsi sebagai pengering dan pendingin dari alat laboratorium untuk percobaan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan karet gelang untuk kloroform yang didinginkan yakni 73,66 gr sedangkan berat labu erlenmeyer ditambah alumium foil dan karet gelang untuk aseton yang didinginkan yakni 73,95 gr. Oleh karena itu didapatkan berat cairan kloroform yakni 0,689 gr dan untuk aseton yakni 0,159 gr.

Dengan menggunakan persamaan gas ideal maka diperoleh BM dari larutan volatil tersebut. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM kloroform ialah 151,45 gr/mol, sedangkan BM kloroform yang sebenarnya adalah  119,5 g/mol. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM aseton ialah 33,7045  gr/mol, sedangkan BM aseton yang sebenarnya adalah 58 g/mol. Hasil yang didapatkan ini jauh berbeda dengan nilai BM secara teoritis. Kesalahan ini dapat terjadi karena kekurangtelitian praktikan pada saat praktikum. Kesalahan dapat juga terjadi karena kesalahan pada saat melakukan pemanasan; alat yang digunakan kurang bersih dan steril; masih terdapatnya udara dalam labu erlenmeyer hingga mempengaruhi nilai BM yang diperoleh.

Dalam perhitungan berat molekul (BM) aseton dan kloroform dapat menggunakan persamaan gas ideal yaitu dengan adanya volume air dan massa jenisnya, maka dapat dihitung massa jenis zatnya. Dengan mengetahui nilai massa jenis zat maka berat molekul juga dapat dihitung.  Pada data hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa nilai massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul (BM). Dengan demikian, semakin besar nilai dari massa cairan volatil nya maka semakin besar pula nilai berat molekulnya.

Dalam percobaan kali ini digunakan dua larutan volatil, yaitu zat kloroform dan aseton. Kedua cairan volatil tersebut tampak berbeda dalam lama pengerjaannya. Pada larutan kloroform, zat bila dipanaskan lebih lambat menguap daripada aseton. Hal tersebut disebabkan karena berat molekul dari kloroform itu sendiri jauh lebih besar daripada aseton sehingga fase dari kloroform jauh lebih sulit untuk diubah daripada aseton.

 

VI.       KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain :

1.      Penentuan berat molekul senyawa volatil dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan menggunakan persamaan gas ideal.

2.      Nilai BM (berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk kloroform adalah sebesar 151,45gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar  119,5  gr/mol.

3.      Nilai BM (berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk aseton adalah sebesar 30,7045 gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar    58 gr/mol.

4.      Pada perhitungan persen error, diproleh hasil yakni % error BM  kloroform yakni  26,7364  %, sedangkan untuk % error BM aseton yakni  41,8905  %.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E.  1999.  Kimia Universitas, Jilid 1, edisi kelima.  Binarupa Aksara.  Jakarta.

s

Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Respati.  1992.  Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas.  Rineka Cipta.  Yogyakarta.