Jumat, 05 Februari 2010

LPORAN PRAKTIKUM MORANFISTUM

ALANG – ALANG

(Imperata cylindrica)

 

 

 

 

                                                                           

I.     KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI

1.1     KLASIFIKASI

Familia             : Poaceae (Gramineae)

Sinonim                       : Lagurus cylindricus

Nama Daerah             

- Sumatera                   : Naleueng lako, jih, rih, laturui, lalang, lioh, oo, nilalang

- Jawa                          : Alang – alang, kambengan, kebut lalang

- Kalimantan                : Halalang, tingen

- Nusa tenggara           : Ambengan, re, ati ndolo, witu, kii, luo

- Sulawesi                    : He, padang, padanga, padongo, deya, reja

- Maluku                      : Ri, weli, weri, welahutu, palate, patune, ige, weljo, kuso

- Irian                           : Gombur, ruren, mesofou, ukua, mentahoi, matawe, omasa

(Anonim. 2008)

1.2  DESKRIPSI

Lahan yang berpotensi ditumbuhi ilalang hanyalah lahan terbuka dan tidak diolah. Hampir tak pernah dijumpai ilalang di atas lahan yang ditumbuhi vegetasi lain, yang menutup permukaan tanah dari sinar matahari hingga 70 persen. Masyarakat yang risih dengan ilalang biasanya membakar tanaman dan rerimbunan lain, atau membabatnya habis. Tetapi jika akarnya masih tertancap kuat di dalam tanah, upaya ini sebenarnya sia-sia. Ia akan tumbuh lagi dan meninggi  (Nugroho,2006).

            Tumbuh liar di hutan, ladang, lapangan rumput dan sisi jalan, pada daerah kering yang mendapat sinar matahari, terdapat dari 1 – 2700 m di atas permukaan laut. Terna menahun yang tumbuh tegak, tinggi 30 – 180 cm, mudah berkembang biak, mempunyai rimpang kaku yang tumbuh menjalar, batangnya padat dan bukunya berambut jarang. Daun berbentuk pita, tegak, ujungnya runcing, kasar, berambut jarang, panjang daun 180 cm, lebar 3 cm, warnanya hijau (Gembong, 1985).  

Perbungaan berupa bulir majemuk, warnanya putih, mudah diterbangkan oleh angin, agak menguncup, panjang 6 – 30 cm, pada 1 tangkai terdapat 2 bulir, letaknya bersusun, yang terletak diatas adalah bunga sempurna dan yang terletak di bawah adalah bunga mandul. Cabang 2,5-5 cm, tangkai bunga 1-3 mm, gulma 1, ujung bersilia, 3-6 urat, Lemma 1 (sekam), bulat telur melebar, silia pendek 1,5-2,5 mm. Lemma 2 (sekam), memanjang, runcing 0,5-2,5 mm. Palea (sekam) 0,75-2 mm. Benang sari: kepala sari 2,5-3,5 mm, putih kekuningan atau ungu. Putik: kepala putik berbentuk bulu ayam. Buah: tipe padi. Panjang bulir sekitar 3 mm, pada pangkal bulir terdapat rambut halus panjang dan padat, warnanya putih. Biji: berbentuk jorong, panjang 1 mm lebih. Waktu berbunga : Januari - Desember (Gembong, 1985).

  II.     METODE MENDAPATKAN DATA

2.1     WAWANCARA

Wawancara didapat dengan bertanya langsung kepada ibunda tercinta yakni ibu Masmulia

2.2INTERNET

Metode mendapatkan informasi dan data di internet dengan melakukan browsing-browsing baik berupa data jurnal atau artikel-artikel.

2.3BUKU

Metode menggunakan buku didapat melalui pustaka-pustaka diantaranya buku Manfaat Apotik Hidup, Obat-Obat Penting, Morfologi Tumbuhan dan Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.

 

 III.  FUNGSI TANAMAN

3.1Kandungan Kimia  

Akar dan batangnya mengandung manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin. Akar: metabolit yang telah ditemukan pada akar alang-alang ter.diri dari arundoin, fernenol, isoarborinol, silindrin, simiarenol, kampesterol, stigmasterol, ß-sitosterol, skopoletin, skopolin, p-hidroksibenzaladehida, katekol, asam klorogenat, asam isoklorogenat, asam p-kumarat, asam neoklorogenat, asam asetat, asam oksalat, asam d-malat, asam sitrat, potassium (0,75% dari berat kering), sejumlah besar kalsium dan 5-hidroksitriptamin (Hoan dkk, 2002).

Dari hasil penelitian lain terhadap akar dan daun ditemukan 5 macam turunan flavonoid yaitu turunan 3',4',7-trihidroksi flavon, 2',3'-dihidroksi kalkon dan 6-hidroksi flavanol. Suatu turunan flavonoid yang kemungkinan termasuk golongan flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon atau isoflavon terdapat pada fraksi ekstrak yang larut dalam etilasetat akar alang-alang. Pada fraksi ekstrak yang larut dalam air akar alang-alang ditemukan golongan senyawa flavon tanpa gugus OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon, atau isoflavon (Hoan dkk, 2002).

 

3.2  Bagian yang dipakai

Rimpang (akar), daun dan bunga.

(Abu Nala, 2003)

3.3  Kegunaan

-       Bengkak karena peradangan ginjal akut, infeksi saluran kemih

-       Mimisan (epistaksis), muntah darah, air kemih berdarah, perdarahan pada wanita.

-       Demam, batuk, sesak

-       Tekanan darah tinggi

-       Sakit kuning (hepatitis)

(Kartasapoetra. 1996)

3.4  Pemakaian

-       Pemakaian dalam (minum) : 10 – 15 gram (yang segar 30 – 60 gram) digodok atau ditumbuk dan diperas airnya atau yang kering digiling, dijadikan bubuk

-       Pemakaian luar : Bulir bunga berikut tangkainya dilumatkan dan dibubuhi atau disumbatkan kehidung, berguna untuk menghentikan perdarahan

-       Rimpang: pelembut kulit; peluruh air seni, pembersih darah, penambah nafsu makan, penghenti perdarahan. di samping itu dapat digunakan pula dalam upaya pengobatan penyakit kelamin (kencing nanah, kencing darah, raja singa), penyakit ginjal, luka, demam, tekanan darah tinggi dan penyakit syaraf. Semua bagian tumbuhan digunakan sebagai pakan hewan, bahan kertas,dan untuk pengobatan kurap.

( Hembing. 1996 )

 

3.5  Cara Pemakaian

1.         Muntah darah : 30 – 60 gram, akar segar setelah dicuci bersih, dipotong – potong seperlunya, digodok dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Minum setelah dingin

2.         Mimisan : Akar segar dicuci bersih, lalu ditumbuk dan diperas airnya sampai terkumpul sekitar 100 cc kemudian diminum atau 30 gram akar segar dicuci bersih lalu digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum setelah dingin

3.         Kencing nanah : 300 gram akar segar dicuci bersih, dipotong – potong seperlunya, digodok dengan 2000 cc air bersih sampai tersisa 1200 cc, ditambah gula batu secukupnya. Dibagi 3 x minum atau sebagai teh. 10 hari untuk 1 kuur

4.         Hepatitis akut menular : 60 gram, akar kering digodok dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Dibagi untuk 2 kali minum, 10 hari untuk 1 kuur

5.         Rasa haus pada penyakit campak : 30 gram akar digodok, minum sebagai teh

6.         Radang ginjal akut : 60 – 120 gram akar segar dicuci bersih dan dipotong – potong seperlunya, digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas air. Dibagi untuk 2 – 3 kali minum

7.         Mengobati tekanan darah tinggi: 100 gram akar alang-alang, 15 gram meniran, dan 15 gram kunyit direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 300 cc, saring dan diminum.

8.         Buang air kecil tidak lancar dapat diobati dengan 100 gram akar alang-alang dan gula batu secukupnya direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan minum airnya.

9.           Batu empedu, gunakan 100 gram akar alang-alang direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan minum airnya.

10.       Kencing batu, gunakan 100 gram akar alang-alang, 30 gram meniran, dan 30 gram daun kumis kucing direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya diminum.

11.       Mengobati jantung koroner dengan menggunakan 100 gram akar alang-alang, 100 gram akar teratai, 25 gram jamur kuping hitam, 25 gram jamur hioko, dan 25 gram jamur putih kering direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya diminum.

12.       Diare 250 gram akar alang-alang dicuci, rebus dengan 2 gelas air selama 15       menit. Sekali minum 1 gelas, segera setelah buang air besar.

13.       Keputihan 500 gram akar alang-alang, 2 tangkai daun pepaya, 5 gram pulasari direbus dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal setengah, saring, untuk diminum 2 kali sehari

( Hembing. 1996 )

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Anonim. 2008. Akar Alang – alang.

http :// www. wikipedia.org.

Diakses 15 April 2009.

Hoan, T. dkk. 2002. Obat-Obat Penting Edisi Kelima. PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Kartasapoetra. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta. Jakarta.

Nala, A. 2003. Manfaat Apotik Hidup. Bina Karya. Jawa Tengah

Nugroho, H. dkk. 2006. Stuktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta Universitas Gadjah Mada Press

Wijayakusuma, Hembing. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar